KATA PENGANTAR
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada,kepala sekolah dan guru pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pageruyung, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
D. Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Lingkungan Hidup ....................................................................... 2
B. Unsur – Unsur Lingkungan ............................................................................ 2
C. Pengertian Abrasi ........................................................................................... 2
D. Dampak Abrasi .............................................................................................. 2
E. Mangrove ....................................................................................................... 3
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan penelitian .................................................................... 4
B. Sumber Data .................................................................................................. 4
C. Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 5
BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A. Abrasi pantai .................................................................................................. 6
B. Penyebab Abrasi ............................................................................................ 6
C. Dampak Abrasi .............................................................................................. 7
D. Cara Mengatasi Abrasi .................................................................................. 8
E. Manfaat Mangrove Dalam Penanggulangan Abrasi ...................................... 9
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11
LAMPIRAN ............................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia . Bagian utara Kabupaten ini sebagian besar berupa lautan, yang termasuk deretan laut utara jawa yang juga merupakan pusat kegiatan bahari di Kabupaten ini. Daerah tersebut memiliki tempat wisata yang sangat terkenal yaitu pantai sendang sikucing, namun saat ini di sekitar bibir pantai mengalami pengikisan akibat abrasi pantai. disini kami ingin mengetahui apa yang dimaksud abrasi, dampak apa saja yang ditimbulkan dari abrasi dan bagai mana penanggulangan abrasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian abrasi
2. Dampak dari abrasi
3. Penyebab munculnya abrasi
4. Cara menanggulangi abrasi
5. Bagaimana keadaan wilayah yang terkena abrasi
6. Bagaimana terjadinya abrasi
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini pada dasarnya ialah yang pertama merupakan syarat mengikuti ujian mata pelajaran “Geografi”. Namun dari sisi lain kami juga ingin mengetahui bagaimana upaya pemecahan masalah dan menanggulangi abrasi air laut. Sehingga kami dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya kita tidak tahu. Bahkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi orang lain yang membacanya.
D. Manfaat
Ingin mengetahui mengenai pengertian abrasi, dampak apa saja yang di timbulkan oleh abrasi dan cara penanggulangan abrasi itu seperti apa. Dan juga dapat menambah wawasan kita dengan hal yang sebelumnya belum kita ketahui.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Lingkungan hidup adalah istilah yang dapat mencangkup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
B. Unsur – Unsur Lingkungan
Menurut Undang-Undang no 1 Tahun 1982 lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, lingkungan hidup tersusun dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu unsur biotik, abiotik, dan sosial budaya.
C. Pengertian Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove . Ada pula yang berpendapat bahwa, abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global.
D. Dampak Abrasi
· Dampak yang ditimbulkan dari abrasi yaitu megikisnya bibir pantai, sehingga semakin lama air naik ke permukaan, bahkan dapat merusak daerah disekitar pantai.
· Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai
· Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar.
· Kehilangan tempat berkumpulnya ikan- ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau
· Menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya.
E. Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa atau berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang/surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik diteluk- teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitarmuara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu . Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah, salinitas tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur penggenangan oleh pasang/surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang pada saat air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut yang komunitas tumbuhannya adaptif terhadap garam.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada perolehan data asli atau natural conditional.
2. Metode Pengumpulan Data
dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan penelaahan dokumentasi. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti dilokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk angka. Peneliti melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasikan dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam uraian naratif.
Dengan metode pendekatan yang saling korelasional, penelitian di lakukan dalam situati alamiah akan tetapi dahului semacam intervensi atau campur tangan dari pihak peneliti. Intervensi yang di maksud ini agar terjadi fenomena yang di kehendaki oleh peneliti dapat segera tampak dan diamati. Dengan demikian terjadi semacam kontrol atau kendali terhadap situasi di lapangan.
B. Sumber Data
Sumber data menyatakan dari mana data penelitian itu diperoleh. Dalam penelitian kualitatif sumber data yang diperoleh berasal dari kata-kata atau tindakan dan selebihnya merupakan data.
1) Data primer
Data primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan (wawancara atau pengamatan), catatan tertulis melalui video/ audio tapes, foto, data statistik, yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu hasil wawancara dengan para penduduk dan juga para nelayan di daerah pantai sikucing Kecamatan Rowosari – Weleri.
2) Data sekunder
Data ini merupakan data penunjang bagi penyusun skripsi ini. Data ini diperoleh dari bahan kepustakaan atau data yang sudah ada seperti penelitian tentang abrasi, teori- teori lingkungan dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Metode Dokumentasi
Metode ini dipergunakan untuk menginventarisasi subyek fisik yang ada dilapangan dan menunjang penelitian Karena dipakai dalam berbagai keperluan. Menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.
2) Metode observasi
Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.
3) Wawancara
Wawancara sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur bersifat luwes dan terbuka.
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
A.
Abrasi Pantai
Ketika kita berada di pantai lalu kita menghadap kearah laut, maka kita kita melihat air laut yang bergulung-gulung. Fenomena tersebut disebut dengan gelombang laut. Gelombang ini berjalan sesuai arah arus laut. Besar kecilnya gelombang laut dipengaruhi oleh besar-kecilnya angin yang berhembus. Angin yang berhembus akan mempengaruhi tinggi rendahnya gelombang ( Crest,Trough,dan Wafe Height ), panjang gelombang ( Wafelength ) dan kemiringan gelombang ( Wafe steepness ).
Semakin kuat angin yang berhembus tinggi gelombang, panjang gelombang, dan kemiringan gelombang akan semakin tinggi. Kolaborasi antara tinggi gelombang, panjang gelombang, dan kemiringan gelombang akan berakibat pada pengikisan pantai ketika gelombang sampai dan berbenturan dengan garis pantai/tepian pantai.
Pengikisan ini berakibat garis pantai akan semakin menjorok kedalam, dan mengubah pola garis pantai dari sebelumnya. Peristiwa pengikisan ini disebut dengan abrasi pantai.
Besar kecilnya abrasi pantai dipengaruhi oleh model gelombang dan arus laut serta kharakteristik wilayah pantai itu sendiri. Model gelombang yang sangat cocok untuk mengabrasi pantai yaitu gelombang yang memiliki kemiringan gelombang yang tinggi. Kemiringan gelombang yang tinggi diakibatkan oleh hembusan angin yang kencang di satu arah saja, karakteristik pantai mempengaruhi bersaran abrasi yang terjadi.
B. Penyebab Abrasi Pantai
Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Dalam beberapa tahun terakhir, garis pantai di beberapa daerah di Indonesia mengalami penyempitan yang cukup memprihatinkan. Kerusakan atau abrasi pantai disebabkan oleh gejala alami dan ulah tangan manusia, kerusakan pelindung pantai dari abrasi dapat disebabkan oleh :
1. pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai
Pengerukan pasir pantai yang berlebihan dapat berdampak pada berubahnya garis pantai menjadi lebih menjorok ke daratan sehingga dapat mempercepat adanya proses abrasi.
2. Penebangan pohon di sekitar pantai dan kurang diperhatikannya hutan mangrove.
Manusia mengambil kayu dari hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, apabila pengambilan kayu dilakukan secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan berkurang. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai memperbesar peluang terjadinya abrasi.
Meningkatnya abrasi juga disebabkan oleh adanya global warming yang menyebabkan mencairnya es dikutub. Mencairnya es dikutub menyebabkan muka air laut meninggi sehingga menyebabkan membesarnya abrasi di indonesia.
Abrasi bisa dicegah dengan penanaman pohon mangrove, melestarikan hutan pantai, memelihara dan melestarikan kawasan pantai seperti batu dan komponen sekitar pantai. Pemerintah juga harus berperan aktif dalam upaya pencegahan abrasi pantai indonesia. Seperti melakukan pembangunan alat pemecah ombak dan penyediaan bibit penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai. Namun masih menyisakan persoalan tersendiri mengenai cara mengatasi abrasi, misalnya dalam pembangunan alat pemecah ombak ini diperlukan biaya yang sangat mahal dan juga wilayah tempat pembangunannya sangat luas, sehingga untuk membangun alat ini di seluruh pantai yang terkena abrasi akan memerlukan waktu yang sangat lama dan juga biaya yang sangat mahal. Upaya penanaman tanaman bakau di pinggir pantai juga banyak hambatannya. Tanaman bakau hanya dapat tumbuh pada tanah gambut yang berlumpur. Hal ini akan menjadi sangat sulit karena sebagian besar pantai di Indonesia merupakan perairan yang dasarnya tertutupi oleh pasir, seperti kita ketahui bahwa tanaman bakau tidak dapat tumbuh pada daerah berpasir.
Peran serta penduduk lokal dan masyarakat sekitar pantai sangat di harapkan untuk mengatasi masalah abrasi pantai indonesia, oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari setiap orang dengan pihak terkait untuk selalu memahami betapa pentingnya masalah ini, sehingga ditemukan solusi terbaik untuk mengatasi abrasi pantai
C. Dampak Abrasi Pantai
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai yang dikarenakan kekuatan gelombang laut dan arus laut yang kuat dan bersifat merusak, kerusakan atau abrasi pantai disebabkan oleh gejala alami dan ulah tangan manusia, seperti pengambilan batu dan pasir di pesisir pantai, atau penebangan pohon di sekitar pantai, kurang diperhatikannya hutan mangrove. Manusia mengambil kayu dari hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, apabila pengambilan kayu dilakukan secara terus-menerus maka pohon-pohon di pesisir pantai akan berkurang. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir pantai memperbesar peluang terjadinya abrasi. Dampak yang diakibatkan oleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang mempunyai permukaannya rendah akan tenggelam. Lokasi wisata terutama pantai yang indah dan menjadi tujuan wisata akan menjadi rusak. Pemukiman warga daerah pesisir dan tambak akan tergerus akibat gelombang laut hingga menyatu menjadi laut. Tidak sedikit warga di pesisir pantai yang telah direlokasi gara-gara abrasi pantai ini. Banyak dilakukan reklamasi untuk menanggulangi abrasi namun tetap berdampak pada daerah yang memiliki ketinggian rendah dalam bentuk banjir rob. Abrasi pantai juga berpotensi menenggelamkan beberapa pulau kecil di sekitar perairan Indonesia.
D. Cara Mengatasi Abrasi Pantai
Secara alami pantai telah memiliki pelindung alami akan tetapi dalam perkembangannya terdapat perubahan yang sangat signifikan dan berpengaruh pada garis pantai. Solusi untuk mengatasi abrasi tidak boleh sembarangan dan harus memperhatikan kondisi sekitar agar solusi yang di ambil sesuai dan efektif.
Perlindungan pantai dapat dilakukan dengan soft solution (non struktur) atau hardsolution (terstruktur).
Soft solution
• Penanaman tumbuhan pelindung pantai
Penanaman tumbuhan pelindung pantai (bakau, nipah dan pohon api-api) dapat dilakukan terhadap pantai berlempung, karena pada pantai berlempung pohon bakau dan pohon api api dapat tumbuh dengan baik tanpa perlu perawatan yang rumit. Pohon bakau dan pohom api-api dapat mengurangi energi gelombang yang mencapai pantai sehingga pantai terlindung dari serangan gelombang.
• Pengisian pasir (sand nourishment)
Prinsip kerja sand nourishment yaitu dengan menambahkan suplai sedimen ke daerah pantai yang potensial akan tererosi. Penambahan sedimen dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dari laut maupun dari darat, tergantung ketersediaan material dan kemudahan transportasi. Suplai sedimen berfungsi sebagai cadangan sedimen yang akan di bawa oleh badai (gelombang yang besar) sehingga tidak mengganggu garis pantai. Diusahakan kualitas pasir urugan harus lebih baik atau sama dengan kualitas pasir yang akan diurug atau diameter pasir urugan diusahakan lebih besar atau sama dengan diameter pasir asli (Triatmodjo, 1999).
• Groyne (groin)
Pembuatan bangunan groin sangat mempengaruhi daerah erosi pantai,hal ini terjadi karena dalam pembuatan groin hanya berfungsi sebagai mengatasi longshore transport atau perpindahan sedimen sejajar pantai. Panjang groin akan efektif menahan sedimen apabila bangunan tersebut menutup lebar surfzone. Namun keadaan tersebut dapat mengakibatkan suplai sedimen ke daerah hilir terhenti sehingga dapat mengakibatkan erosi di daerah hilir. Sehingga panjang groin dibuat 40% sampai dengan 60% dari lebar surfzone dan jarak antar groin adalah 1-3 panjang groin.
• BREAKWATER
Breakwater adalah pemecah gelombang yang ditempatkan secara terpisah-pisah pada jarak tertentu dari garis pantai dengan posisi sejajar pantai. Struktur pemecah gelombang ini dimaksudkan untuk melindungi pantai dari hantaman gelombang yang datang dari arah lepas pantai.
• SEAWALL
Seawall merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi struktur pantai dari bahaya erosi/abrasi dan gelombang kecil. Seawall dibangun pada sepanjang garis pantai yang diprediksikan mengalami abrasi. Seawall dimaksudkan untuk melindungi pantai dan daerah dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan abrasi dan limpasan gelombang.
E. Manfaat Mangrove Dalam Penanggulangan Abrasi
Mengapa harus hutan mangrove, karena mangrove yang ditanam di pinggiran pantai, akar-akarnya mampu menahan ombak sehingga menghambat terjadinya pengikisan pantai. Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi menyempit, bila dibiarkan bisa menjadi lebih berbahaya. Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut. Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk hidup dan berkembang biak. Hutan mangrove
dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amfibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata, serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati
ekosistem mangrove juga menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan dan sebagai tempat bertelur dan memijah, dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang dari predator. Selain manfaat mangrove dalam penanggulangan abrasi, mangrove juga memiliki manfaat lain, seperti:
1. Manfaat dari segi fisik
• menjaga agar garis pantai tetap stabil
• melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi
• menahan badai/angin kencang dari laut
• menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga
• menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
• mengolah limbah beracun
• penghasil O 2 dan penyerap CO2
2. Manfaat dari segi biologi
• menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlangsungan rantai makanan
• tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang
• tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain
• merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota
3. Man7aat .ari segi ekonomi
• penghasil kayu bakar, arang, bahan bangunan
• penghasil bahan baku industri : pulp, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik
• penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting
• tempat wisata, penelitian dan pendidikan
Hutan mangrove merupakan salah satu bagian dari ekosistem pantai (pesisir). Tipe hutan ini beserta tipe-tipe ekosistem lainnya (terumbu karang,estuaria) saling berinteraksi dalam upaya memelihara produktifitas perairan pantai dan kestabilan habitat atau lingkungan pantai. Untuk mengatasi persoalan abrasi ini, pemerintah bersama masyarakat seharusnya mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan penghijauan hutan
Mangrove dan upaya pelestariannya disekitar pantai yang terkena ancaman abrasi.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan, yaitu abrasi merupakan pengikisan pantai oleh tenaga gelombanglaut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut, dampak yang ditimbulkan abrasi tersebut sangat besar misalnya penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai, kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar, kehilangan tempat berkumpulnya ikan- ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau, menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya, cara penanggulangannya seperti, penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai, siring di sekitar bibir pantai, di letakkannya batu-batu besar di sekitar bibir pantai, menggunakan alat berat seperti, traktore.
B. Saran
Masyarakat dapat menjaga lingkungan disekitar pantai dan juga pemerintah harus lebih memperhatikan keadaan lingkungannya, dan penanggulangan abrasi di pantai tangkisung harus terus di kerjakan agar abrasi tersebut tidak semakin parah.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan bagi yang membacanya
Lampiran
0 komentar:
Post a Comment